Deposito dikenal sebagai instrumen investasi yang aman, stabil, dan cocok untuk pemula. Namun, jangan salah!
Meski risikonya rendah, banyak investor justru tidak mendapatkan keuntungan optimal karena melakukan kesalahan dalam strategi penempatan dana.
Berikut ini 5 kesalahan fatal saat investasi deposito yang sering terjadi, lengkap dengan solusi praktis agar Anda bisa memaksimalkan hasil investasi dengan cerdas dan efisien.
1. Salah Pilih Tenor: Terjebak di Waktu yang Salah
Masalah:
Banyak investor asal pilih tenor (jangka waktu) tanpa mempertimbangkan kebutuhan likuiditas. Akibatnya, dana tidak bisa ditarik saat dibutuhkan, atau harus dicairkan lebih awal dan terkena penalti.
Dampaknya:
- Kehilangan bunga jika dicairkan sebelum jatuh tempo
- Bunga rendah jika pilih tenor terlalu pendek
Solusi:
- Tentukan dulu tujuan finansial dan kebutuhan dana
- Gunakan strategi deposito berjenjang (laddering): misalnya pecah dana ke tenor 1, 3, dan 6 bulan
- Untuk dana darurat, pilih tenor pendek atau simpan di tabungan
Tips: Jika ragu soal kebutuhan dana, hindari tenor di atas 6 bulan tanpa rencana jelas.
2. Abaikan Pajak Bunga: Return Tidak Sebesar yang Dibayangkan
Masalah:
Banyak investor hanya melihat bunga deposito secara bruto (sebelum pajak). Padahal, bunga deposito dikenakan pajak final sebesar 20% yang langsung dipotong oleh bank.
Dampaknya:
- Return bersih jadi lebih kecil dari yang diharapkan
- Salah membandingkan bunga antar bank tanpa hitung “net return”
Solusi:
- Selalu hitung return bersih setelah pajak sebelum memilih bank
- Gunakan rumus:Bunga Bersih = Bunga Bruto − (20% × Bunga Bruto)
Contoh:
- Deposito Rp100 juta, bunga 5% → bunga bruto: Rp5 juta
- Pajak: Rp1 juta → bunga bersih: Rp4 juta (4%)
3. Tergiur Promo Bunga Tinggi Tanpa Baca Syarat
Masalah:
Beberapa bank (terutama digital) menawarkan bunga tinggi hingga 6% atau lebih. Tapi banyak investor tidak membaca syarat dan ketentuan secara rinci.
Dampaknya:
- Bunga hanya berlaku untuk tenor pendek atau nasabah baru
- Ada batas maksimal penempatan dana
- Tidak berlaku jika tarik dana lebih awal
Solusi:
- Baca S&K dengan seksama, termasuk apakah bunga tetap selama tenor
- Bandingkan dengan bank lain berdasarkan bunga bersih, fleksibilitas, dan reputasi
- Cek apakah bank terdaftar dan dijamin oleh LPS
Tips: Jangan hanya kejar bunga tinggi – pastikan promosinya benar-benar sesuai kebutuhan dan tidak menimbulkan risiko likuiditas.
4. Menempatkan Dana Terlalu Besar di Satu Bank
Masalah:
Menaruh seluruh dana deposito di satu bank membuat investasi tidak hanya kurang fleksibel, tapi juga berisiko jika melampaui batas jaminan LPS (maksimal Rp2 miliar per nasabah per bank).
Dampaknya:
- Jika bank bermasalah, dana di atas Rp2 miliar tidak dijamin
- Kehilangan peluang diversifikasi
Solusi:
- Jika dana lebih dari Rp2 miliar, pecah ke beberapa bank berbeda
- Gunakan perbandingan bunga antar bank untuk diversifikasi strategis
- Prioritaskan bank dengan reputasi baik dan fasilitas digital banking yang lengkap
5. Tidak Evaluasi Ulang Saat Suku Bunga Acuan Berubah
Masalah:
Investor seringkali tidak mengevaluasi ulang penempatan deposito, terutama saat suku bunga BI naik atau turun.
Dampaknya:
- Melewatkan peluang bunga lebih tinggi
- Terjebak di bunga lama saat bank lain sudah naikkan suku bunga
Solusi:
- Pantau perkembangan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI7DRR)
- Evaluasi ulang setiap 3–6 bulan apakah ada bank yang menawarkan bunga lebih kompetitif
- Jika memungkinkan, rolling deposito ke bank lain saat tenor berakhir
Tips: Gunakan aplikasi perbandingan bunga atau layanan notifikasi dari situs agregator keuangan.
Bonus: Cara Memaksimalkan Keuntungan dari Deposito
- Gunakan deposito berjenjang untuk fleksibilitas dan rolling otomatis
- Manfaatkan bank digital dengan bunga tinggi, tapi tetap perhatikan ketentuannya
- Gabungkan deposito dengan instrumen lain seperti reksa dana pendapatan tetap untuk keseimbangan risiko dan return
Meski deposito dikenal aman dan sederhana, banyak investor tidak sadar telah melakukan kesalahan strategis yang bisa memangkas keuntungan.
Mulai dari salah pilih tenor, lupa pajak, hingga terlalu tergiur promo, semuanya bisa dihindari dengan perencanaan dan evaluasi cermat.
Dengan memahami 5 kesalahan fatal ini dan menerapkan solusinya, Anda bisa menjadikan deposito sebagai instrumen investasi yang bukan hanya aman, tapi juga optimal.