Real Estate Flipping vs Buy-and-Hold: Strategi Mana yang Cocok untuk Anda?

Avatar photo

S. Ikrar

Real Estate Flipping vs Buy-and-Hold: Strategi Mana yang Cocok untuk Anda?

Investasi Properti: Pilih Untung Cepat atau Cuan Jangka Panjang?

Investasi properti selalu jadi pilihan menarik bagi banyak orang. Selain nilainya yang relatif stabil, properti juga bisa mendatangkan pendapatan pasif atau keuntungan besar jika dikelola dengan strategi yang tepat.

Nah, di dunia investasi properti, ada dua strategi utama yang sering digunakan:

  • Real Estate Flipping – beli properti, renovasi, lalu jual cepat untuk dapat keuntungan.
  • Buy-and-Hold – beli properti dan disimpan dalam jangka panjang, biasanya untuk disewakan.

Keduanya punya potensi cuan besar, tapi dengan pendekatan dan risiko yang berbeda. Supaya Anda nggak salah langkah, yuk kita bahas perbandingan lengkapnya!

Apa Itu Real Estate Flipping?

Flipping adalah strategi membeli properti di bawah harga pasar, merenovasinya agar nilainya naik, lalu menjual kembali dalam waktu singkat untuk mendapatkan keuntungan. Biasanya, proses ini memakan waktu antara 3–12 bulan.

Contoh Flipping:

Anda membeli rumah second seharga Rp600 juta, renovasi Rp100 juta, lalu dijual kembali seharga Rp800 juta. Keuntungan kotor Anda sekitar Rp100 juta (belum termasuk pajak, notaris, dll).

Kelebihan Flipping:

  • Keuntungan cepat: Potensi cuan besar dalam waktu singkat.
  • Tidak terikat jangka panjang: Tidak perlu mengelola penyewa atau perawatan bulanan.
  • Cocok untuk pasar yang sedang naik: Saat harga properti terus naik, flipping bisa sangat menguntungkan.

Kekurangan Flipping:

  • Butuh modal besar di awal: Untuk pembelian dan renovasi.
  • Risiko tinggi: Bisa gagal jual, over-renovasi, atau harga pasar turun.
  • Butuh waktu dan tenaga: Harus aktif mengelola proyek dan strategi penjualan.

Apa Itu Buy-and-Hold?

Buy-and-hold adalah strategi membeli properti untuk disimpan dalam jangka panjang – biasanya disewakan untuk menghasilkan pendapatan pasif sambil menunggu kenaikan nilai properti (capital gain).

Baca Juga:  Mengerti Trading Saham dan Bagaimana Cara Kerjanya

Contoh Buy-and-Hold:

Anda membeli rumah senilai Rp800 juta, lalu disewakan Rp5 juta/bulan. Selama 10 tahun, Anda dapat Rp600 juta dari sewa dan properti Anda mungkin naik jadi Rp1,2 miliar.

Keuntungan dari sewa + kenaikan nilai = potensi cuan besar dalam jangka panjang.

Kelebihan Buy-and-Hold:

  • Pendapatan pasif: Dapat sewa bulanan yang bisa menutupi cicilan atau biaya perawatan.
  • Kenaikan nilai properti: Cocok untuk pertumbuhan aset jangka panjang.
  • Diversifikasi portofolio: Properti bisa menjadi penyeimbang investasi saham atau reksa dana.

Kekurangan Buy-and-Hold:

  • Butuh waktu lama untuk cuan besar: ROI terasa setelah beberapa tahun.
  • Tanggung jawab pengelolaan: Termasuk perawatan, pajak, hingga urusan dengan penyewa.
  • Risiko nilai sewa turun: Tergantung kondisi pasar dan lokasi.

Perbandingan Lengkap: Flipping vs Buy-and-Hold

Aspek Flipping Buy-and-Hold
Tujuan utama Keuntungan cepat dari jual beli Pendapatan pasif & pertumbuhan aset
Jangka waktu Pendek (3–12 bulan) Panjang (5–20 tahun+)
Modal awal Besar (beli + renovasi) Sedang–besar (beli + biaya rutin)
Pendapatan Sekali (saat properti dijual) Rutin (sewa bulanan)
Manajemen Intensif saat proyek berlangsung Konsisten jangka panjang
Risiko Tinggi (pasar, renovasi, gagal jual) Menengah (pasar sewa, biaya tetap)
Cocok untuk Investor aktif dan agresif Investor sabar dan long-term thinker

Mana Strategi yang Cocok untuk Anda?

Jawabannya: tergantung pada tujuan, modal, dan gaya investasi Anda. Berikut panduan singkatnya:

Pilih Flipping jika Anda:

  • Punya modal besar dan siap ambil risiko
  • Aktif mengelola proyek dan punya waktu luang
  • Mengerti pasar properti lokal dan tren harga
  • Ingin hasil cepat dan siap kerja keras di awal

Pilih Buy-and-Hold jika Anda:

  • Ingin pendapatan rutin tanpa sering jual beli
  • Siap memegang aset jangka panjang
  • Punya kesabaran dan kemampuan mengelola properti
  • Lebih suka investasi pasif dan stabil
Baca Juga:  Cicil Emas atau Tabungan Emas: Mana yang Lebih Cocok untuk Anda?

Kombinasi Flipping dan Buy-and-Hold: Strategi Hybrid

Beberapa investor sukses menggunakan strategi hybrid, yaitu:

  1. Mulai dari flipping untuk mengumpulkan modal tunai.
  2. Lanjutkan ke buy-and-hold untuk membangun portofolio jangka panjang.

Strategi kombinasi ini cocok untuk Anda yang ingin cepat dapat modal tapi tetap ingin membangun kekayaan jangka panjang dari properti.

Tips Sukses Investasi Properti (Apapun Strateginya)

  • Lakukan riset pasar: Lokasi, harga, potensi sewa atau resale.
  • Gunakan kalkulator ROI: Hitung biaya total, potensi pendapatan, dan titik impas.
  • Pakai tim yang tepat: Notaris, kontraktor, agen properti, dan manajemen properti profesional.
  • Siapkan dana darurat: Untuk biaya tak terduga seperti renovasi tambahan atau properti kosong.
  • Jangan tergiur cepat untung: Semua butuh perencanaan dan strategi yang matang.

Baik flipping maupun buy-and-hold punya kelebihan dan kekurangan. Kalau Anda ingin untung cepat dan siap kerja keras, flipping mungkin cocok.

Tapi kalau Anda lebih suka pendapatan rutin dan pertumbuhan jangka panjang, buy-and-hold lebih ideal.

Ingat, properti adalah permainan strategi. Pahami kondisi keuangan, toleransi risiko, dan tujuan Anda sebelum memilih. Dan kalau bisa, tidak ada salahnya menggabungkan keduanya untuk hasil maksimal.

Bagikan

Rekomendasi