Desa Potato Head Bali, Objek Wisata Edukasi Favorit

Avatar photo

S. Ikrar

Desa Potato Head Bali

Jelajahi kreativitas dan keberlanjutan di Desa Potato Head Bali, destinasi wisata edukasi favorit yang menyajikan pengalaman unik dengan gaya hidup ramah lingkungan, seni inovatif, dan budaya lokal yang memikat.

Para wisatawan yang ingin menikmati liburan di Bali tanpa perlu berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain dapat mempertimbangkan Desa Potato Head sebagai pilihan utama. Lokasi ini menawarkan berbagai aktivitas wisata hingga pesta dalam satu tempat.

Bukan sekadar tempat wisata, Desa Potato Head menggabungkan berbagai elemen seperti hiburan dan fasilitas mewah. Awalnya, Desa Potato Head berdiri di Jakarta sebelum memutuskan untuk pindah dan membuka beach club di Bali.

Mengikuti kesuksesannya, pemilik Desa Potato Head memperluas area dengan menambahkan hotel bernama Kata Mama Suites. Kini, Desa Potato Head memiliki dua bangunan hotel dengan beragam tipe kamar, serta fasilitas lain seperti beach club, sunset park, perpustakaan, gym, spa, dan aktivitas edukatif seperti follow the waste tour.

Desa Potato Head sangat menekankan pada konsep berkelanjutan. Ini terlihat dari pendekatan mereka dalam pengolahan bahan makanan hingga pengelolaan sampah. Limbah yang dihasilkan di tempat ini tidak hanya didaur ulang, tetapi juga diolah menjadi produk baru yang kembali bisa dimanfaatkan.

Harga menginap di Desa Potato Head bervariasi, dengan tarif berkisar antara Rp 4.000.000 hingga Rp 15.000.000. Dengan komitmen pada konsep zero waste, setiap fasilitas di kamar, termasuk botol sabun hingga kursi, dirancang dari bahan daur ulang dan bebas plastik untuk memastikan keberlanjutan.

Konsep keberlanjutan ini tidak hanya diterapkan di hotel dan suites, tetapi juga di seluruh area Desa Potato Head, termasuk di beach club. Misalnya, botol bir yang telah digunakan oleh pengunjung diolah kembali menjadi gelas minuman.

Baca Juga:  15 Tempat Wisata Populer di Soppeng yang Wajib Anda Kunjungi
Desa Potato Head Balii
Foto: Google Maps/C Petersen

Bagi wisatawan yang ingin merasakan suasana beach club, akses ke tempat ini gratis. Namun, jika ingin menikmati daybed, ada biaya minimum yang dikenakan. Bagi yang mencari pengalaman menikmati matahari terbenam dengan anggaran yang lebih terjangkau, sunset park menjadi pilihan yang tepat tanpa biaya tambahan.

Desa Potato Head sering menggelar berbagai acara, baik yang gratis maupun berbayar, dengan kolaborasi berskala internasional dan penampilan artis ternama. Salah satu kolaborasi istimewa mereka adalah dengan Boiler Room, penyelenggara acara musik dansa terkemuka dari London yang fokus pada genre underground dan menyiarkannya secara online. Kolaborasi ini telah berlangsung dua tahun berturut-turut. Selain itu, ada juga acara mingguan bernama Live Sunset Sundays yang gratis dan menampilkan band-band lokal.

Gresie Tokilov, Manajer Pemasaran Desa Potato Head, mengatakan, “Kami menargetkan berbagai kalangan karena kami memiliki beragam fasilitas. Pecinta musik sering berkunjung karena kami sering menghadirkan penampilan-penampilan populer.”

Desa Potato Head sangat berkomitmen pada konsep keberlanjutan. Mereka mengadakan tur bernama “follow the waste our” yang mengajak wisatawan melihat proses produksi bahan makanan dari perkebunan mereka hingga pengolahan sampah menjadi produk baru. Fakta menariknya, hampir seluruh sampah di Desa Potato Head diolah, kecuali 3% seperti puntung rokok dan masker. Bahkan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mendukung inisiatif mereka dengan memberikan truk pengolahan sampah.

Desa Potato Head berharap hotel dan komunitas di Bali dapat mengikuti jejak mereka. Saat ini, mereka sedang meningkatkan kapasitas pengolahan sampah untuk bekerja sama dengan lebih banyak pihak. “Tahun depan, kami akan memiliki fasilitas pengolahan sampah sendiri dan berencana bekerja sama lebih luas lagi dalam hal pengolahan sampah,” tambah Gresie.

Baca Juga:  7 Destinasi Malam yang Menawan di Jogja

Tiap Selasa dan Kamis, Desa Potato Head mengadakan inisiatif bernama Sweet Potato Project, yang merupakan kegiatan bagi-bagi nasi bungkus berbahan dasar tumbuhan untuk panti asuhan di Bali. Hal serupa juga diterapkan untuk makanan pegawai Desa Potato Head. Gresie menekankan, “Ini adalah bentuk edukasi bahwa makanan berbasis tumbuhan juga bisa menjadi pilihan yang lezat dan sehat.”

Bagikan

Tags

Rekomendasi