
Para wisatawan yang ingin menikmati
liburan di Bali tanpa perlu berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain dapat
mempertimbangkan Desa Potato Head sebagai pilihan utama. Lokasi ini menawarkan
berbagai aktivitas wisata hingga pesta dalam satu tempat.
Bukan sekadar tempat wisata, Desa
Potato Head menggabungkan berbagai elemen seperti hiburan dan fasilitas mewah.
Awalnya, Desa Potato Head berdiri di Jakarta sebelum memutuskan untuk pindah
dan membuka beach club di Bali.
Mengikuti kesuksesannya, pemilik Desa
Potato Head memperluas area dengan menambahkan hotel bernama Kata Mama Suites.
Kini, Desa Potato Head memiliki dua bangunan hotel dengan beragam tipe kamar,
serta fasilitas lain seperti beach club, sunset park, perpustakaan, gym, spa,
dan aktivitas edukatif seperti follow the waste tour.
Desa Potato Head sangat menekankan
pada konsep berkelanjutan. Ini terlihat dari pendekatan mereka dalam pengolahan
bahan makanan hingga pengelolaan sampah. Limbah yang dihasilkan di tempat ini
tidak hanya didaur ulang, tetapi juga diolah menjadi produk baru yang kembali
bisa dimanfaatkan.
Harga menginap di Desa Potato Head
bervariasi, dengan tarif berkisar antara Rp 4.000.000 hingga Rp 15.000.000.
Dengan komitmen pada konsep zero waste, setiap fasilitas di kamar, termasuk
botol sabun hingga kursi, dirancang dari bahan daur ulang dan bebas plastik
untuk memastikan keberlanjutan.
Konsep keberlanjutan ini tidak hanya
diterapkan di hotel dan suites, tetapi juga di seluruh area Desa Potato Head,
termasuk di beach club. Misalnya, botol bir yang telah digunakan oleh
pengunjung diolah kembali menjadi gelas minuman.
Bagi wisatawan yang ingin merasakan
suasana beach club, akses ke tempat ini gratis. Namun, jika ingin menikmati
daybed, ada biaya minimum yang dikenakan. Bagi yang mencari pengalaman
menikmati matahari terbenam dengan anggaran yang lebih terjangkau, sunset park
menjadi pilihan yang tepat tanpa biaya tambahan.
Desa Potato Head sering menggelar
berbagai acara, baik yang gratis maupun berbayar, dengan kolaborasi berskala
internasional dan penampilan artis ternama. Salah satu kolaborasi istimewa
mereka adalah dengan Boiler Room, penyelenggara acara musik dansa terkemuka
dari London yang fokus pada genre underground dan menyiarkannya secara online.
Kolaborasi ini telah berlangsung dua tahun berturut-turut. Selain itu, ada juga
acara mingguan bernama Live Sunset Sundays yang gratis dan menampilkan
band-band lokal.
Gresie Tokilov, Manajer Pemasaran
Desa Potato Head, mengatakan, "Kami menargetkan berbagai kalangan karena
kami memiliki beragam fasilitas. Pecinta musik sering berkunjung karena kami
sering menghadirkan penampilan-penampilan populer."
Desa Potato Head sangat berkomitmen
pada konsep keberlanjutan. Mereka mengadakan tur bernama "follow the waste
tour" yang mengajak wisatawan melihat proses produksi bahan makanan dari
perkebunan mereka hingga pengolahan sampah menjadi produk baru. Fakta
menariknya, hampir seluruh sampah di Desa Potato Head diolah, kecuali 3% seperti
puntung rokok dan masker. Bahkan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
mendukung inisiatif mereka dengan memberikan truk pengolahan sampah.
Desa Potato Head berharap hotel dan
komunitas di Bali dapat mengikuti jejak mereka. Saat ini, mereka sedang
meningkatkan kapasitas pengolahan sampah untuk bekerja sama dengan lebih banyak
pihak. "Tahun depan, kami akan memiliki fasilitas pengolahan sampah
sendiri dan berencana bekerja sama lebih luas lagi dalam hal pengolahan
sampah," tambah Gresie.
Tiap Selasa dan Kamis, Desa Potato
Head mengadakan inisiatif bernama Sweet Potato Project, yang merupakan kegiatan
bagi-bagi nasi bungkus berbahan dasar tumbuhan untuk panti asuhan di Bali. Hal
serupa juga diterapkan untuk makanan pegawai Desa Potato Head. Gresie
menekankan, "Ini adalah bentuk edukasi bahwa makanan berbasis tumbuhan
juga bisa menjadi pilihan yang lezat dan sehat."
0 Comments